 sedikit waktu yang kita jalani
sedikit waktu yang kita jalani
telah torehkan berjuta makna
darimu ku dapati kasih tulus
dari terbit fajar
hingga ku terjaga dalam hening malam
ku tetap terjaga tuk selalu mengingat mu
Dia  adalah Seseorang yang sangat aku sayangi dan aku cintai, seseorang yang  selalu memendam permasalahan sendiri, selalu tampak tegar ditengah  kerapuhannya. Selalu tersenyum ditengah kemarahannya, Hal itu yang  membuat aku sayang padanya, tetapi dia juga yang membuat aku terhanyut  dalam kesedihan ini. Kesedihan yang selalu memilukan batinku. Aku tak  kuasa untuk terus berdiri di jalan kerapuhanku ini. Waktulah yang  mungkin bisa mengubah keadaan sehingga aku dapat memadukan perasaan suci  ini bersamanya.
Ketika sang fajar masih bersembunyi dibalik awan,  tak biasanya, aku terbangun dari tidur lelap ini. Aku berjalan menuju  beranda rumahku untuk merasakan kesejukan suasana yang tenang, damai,  dan bersahaja. Embun pagi masih menyelimuti helai demi helai dedaunan  dirumahku. Semilir angin sejuk dipadu keindahan langit disubuh hari  seakan menyihir semuanya. Semuanya indah dan menghapus semua keluh kesah  yang mendera pikiranku semalam.
Sebut saja namaku Julian, aku  lahir dan tumbuh dalam keluarga yang, katakanlah, kecukupan. Aku  dianugerahi Tuhan wajah yang cukup tampan dan perawakan yang menawan.  Saat ini aku tercatat sebagai siswa SMA 1 Tembilahan Hulu. Di sekolah,  mulai SD sampai SMA, aku pun, alhamdullilah, juga disayangi  guru dan teman-temanku. Apalagi aku sering mewakili sekolah dalam  perlombaan-perlombaan dan tidak jarang aku menjadi juaranya.
Dia  bernama Faraj, wajahnya manis dan tutur katanya lembut, namun sepertinya  dia agak phobia sama cinta. Dia memang orang yang tertutup, bahkan  sangat tertutup, tetapi aku bisa sedikit masuk lewat pintu hatinya yang  sedikit renggang. Walau susah akhirnya dia mau menceritakan masalahnya  kepadaku, dan meminta aku merahasiakan hal itu.
“Kamu malu ya?” tanyaku waktu itu.“Tidak. Aku tidak malu, aku cuma tidak mau dikasihani orang lain dan diberi perhatian khusus, aku ingin biasa saja.” Jawabnya dengan wajah tak bergeming. “Aku masih bisa hidup walau bagaimanapun caranya.”
“Iya, tenang aja aku pasti menyimpan rahasia ini.” Aku mencoba untuk mengerti dia.
“Terima kasih, ian,” katanya lagi. Aku hanya mengangguk.
“Tapi kenapa kamu sering tidak masuk sekolah?”
“Aku tidak semangat ke sekolah.”
“Tidak semangat? Seharusnya kamu itu semangat ke sekolah. Siapa tahu kekosonganmu akan terisi dengan adanya kegiatan-kegiatan di sekolah.”
“Entahlah.” Dia melenguh. Tidak ada yang bicara lagi. Bel tanda waktu istirahat selesai berbunyi. Semua kembali ke kelas. Aku duduk di tempat dudukku dan dia duduk ditempat duduknya.
Setelah kejadian itu,  dia pun makin akrab denganku. Jika dia ada masalah, aku selalu setia  memberikan solusinya dan dia berusaha menerima solusiku dan memahaminya.  Entah rasa apa yang ada dalam pikiranku, aku sepertinya merasa ada  sesuatu yang lain pada diriku saat aku bersamanya, aku selalu nyaman dan  tenteram bila aku berada disisinya. Ah, aku tak mau berpikiran jauh  kesana dahulu, bagiku belajar adalah fokusku saat ini, sebab sebentar  lagi aku akan menghadapi Ujian Nasional. Ujian yang nantinya akan  mempengaruhi kelulusanku kelak.
Aku sungguh tak bisa  mengerti dan memahami hati ini, sepertinya aku kini mulai mengenal  cinta. Cinta yang kata orang indah dan membuat hidup menjadi gairah. Ah,  aku buta masalah cinta. Tapi apa yang kurasa kini sangatlah lain,  apakah ini yang dinamakan cinta? Pikiranku jadi tak karuan seakan akan  ingin mengucur deras hati ini. Dia sepertinya berhasil masuk menembus  hatiku yang sama sekali belum pernah di bumbui cinta. Dia seakan-akan  menjadi bagian warna bagi hidupku. Dia berhasil membirukan hari-hariku.
“Apa yang harus aku lakukan? Berilah aku saran!“Aku benar-benar pusing memikirkan semua ini. Apabila masalahku ini berlarut-larut dan aku tak kuasa menemukan pemecahannya, aku kuatir akan kondisi kesehatanku.
Aku tahu ia begitu  menyanyangiku. Aku sadar dengan perhatiannya yang begitu besar  terhadapku. Perhatian dalam porsi besar yang tak patut lagi diberikan  kepada seseorang yang bernama teman. Aku sangat menyadarinya. Aku kini  yakin dia memberi harapan padaku untuk masuk mengisi hatinya, pikirku.  Tetapi hubungan kami memang sangat aneh, teramat aneh. Tidak ada yang  membuat sebuah komitmen. Atau yang lebih tepatnya tidak ada yang  berusaha.Semuanya mengalir begitu saja, seperti layaknya aliran sungai.  Dan ia telah berhasil membawaku untuk turut ikut dalam derasnya aliran  sungai itu. Aku tanpa kuasa menolak perhatian manisnya padaku. Aku mulai  menikmati perlakuannya itu dan mungkin inilah akar cintaku tumbuh  berawal. Kemudian, aku sampai pada satu simpulan bahwa aku benar-benar  menyayangi dan mencintainya.
Sampai pada puncaknya aku tak kuat  membendung perasaanku sendiri, aku mengatakan padanya kalau aku sayang  padanya dan aku tahu perasaan ini tidak boleh terbina, aku hanya sekedar  mengeluarkan uneg-uneg yang ada dalam hatiku, terserah dia menganggap  apa yang penting hatiku lega, aku tidak akan membahas masalah ini lagi,  karena aku berjanji akan selalu menjadi teman dan sahabat yang baik  buatnya.
Sore yang oranye seakan jadi saksi ungkapan hati ini yang  terdalam, di jalan panjang tanjung harapan cintaku bersemi mengulur  waktu yang jadi patri bisu sebuah ketulusan cinta.
“Aku  mengatakannya karena aku tidak mampu lagi untuk menahannya, Faraj aku  menyukaimu dan ingin jadi bagian dan mengisi hari-harimu. Bisakah kamu  memahami hati ini dan menerima aku apa adanya”.“Ini terlalu cepat ian, aku belum……….
“Belum apa Faraj?
“Aku tidak tahu, kau teman baik yang selalu kujaga……
“Oh, jadi……kau belum bisa pahami hati ini………
“Ini masalah hati ian……aku…
“Ya sudahlah Faraj……
***
Semenjak  kejadian itu, rasanya aku seakan mulai menjauh dari dirinya. Ini  kulakukan karena ku tak kuasa bila aku terus bersamanya. Rasa hati yang  ingin memiliki ini selalu muncul. My first love, itulah  ungkapan cintaku padanya, Hatiku remuk hancur, sebab cintaku yang begitu  besar tak pernah ia pahami dan mengerti. Keadaan ini juga membuat lesu  lahir dan bathinku dan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan  prestasiku. Aku kini lebih malas belajar dan lebih senang  berkhayal-khayal tak jelas, yah, seandainya saja ia bisa menjadi kekasih  hatiku. Dalam keterpurukan ini aku mencoba untuk tetap tegar dan yakin  bahwa masih ada waktu dan kesempatanku untuk menaklukan hatinya.
Siapalah aku ini yg tak tahu diri tuk meminta buih yg memutih
Menjadi permadani seperti mana yg tertulis dalam novel cerita cinta
Juga mustahil bagi ku menggapai bintang di langit
Menjadikan hantaran syarat untuk milikimu
Semua itu sungguh aku tak mampu
Salah ku juga jatuh cinta pada insan sepertimu seanggun bidadari
Seharusnya aku cerminkan diri ku, siapa aku?
Sebelum tirai kamar aku buka untuk mengintaimu
Dari dinginnya tirai kenanganku
Cintaku selalu untukmu
Menjadi permadani seperti mana yg tertulis dalam novel cerita cinta
Juga mustahil bagi ku menggapai bintang di langit
Menjadikan hantaran syarat untuk milikimu
Semua itu sungguh aku tak mampu
Salah ku juga jatuh cinta pada insan sepertimu seanggun bidadari
Seharusnya aku cerminkan diri ku, siapa aku?
Sebelum tirai kamar aku buka untuk mengintaimu
Dari dinginnya tirai kenanganku
Cintaku selalu untukmu
Kau tercipta untukku faraj
Semoga  keajaiban waktu dan izin-NYA memadukan cinta kita
ABADI SELAMANYA
***
Setelah  kejadian itu, aku merasa harapan hidup ini pupus dan tanpa arah haluan  yang kutuju. Aku tidak tahu pada siapa lagi aku harus menyandarkan diri  pada semua problema. Cinta pertamaku tak terbalas. Aku mengalami sebuah  fase yang sangat membuat jiwa dan mentalku terguncang, belum lagi  fisikku yang semakin lemah karena terus memikirkannya. Prestasi  sekolahku anjlok drastis. Ada apa denganku? Aku seperti telah lunak oleh  cintanya. Walau aku telah berusaha untuk melupakannya tetapi semakin  aku berusaha melupakannya semakin aku terbayang-bayang akaan wajahnya  yang membuat aku tak rela bila hatinya dimiliki oleh pria lain,
Aku  seakan terusik oleh rasa cinta yang begitu besar, aku tak bisa lagi  tidur nyenyak karena aku selalu memikirkan raut wajahnya yang begitu  manis dan menggoda setiap pria yang melihatnya. Ya Allah, lemahkah hamba  akan cinta ini dan kenapa karena hanya wanita hamba bisa jadi begini.  Ini bukan aku yang sebenarnya, aku sadar, aku dulu adalah orang yang  terus bertekad ubtuk mendapatkan sesuatu hal, tetapi mengapa saat ini  tekad itu seakan sirna hanya karena masalah c.i.n.t.a. Lama aku  termenung berdiam membisu. Malam yang sunyi dan dingin menusuk tulangku,  aku keluar dari kamarku dan berusaha mencari pencerahan akan masalahku  ini. Aku duduk dibangku panjang disamping beranda rumahku sambil  berharap pencerahan itu datang dan mengubah pemikiranku ini. Aku melihat  disekeliling arah penjuru, tidak ada semuanya kosong, sunyi, diam, mati  tanpa manusia. Aku hanya merasakan hembusan angin sepoi-sepoi dan  beberapa bunyi binatang. Aku mencoba memahami fenomena ini. Lama aku  bermenung dan sedikit pula aku tersiksa akan pemahaman ini, aku bertekad  malam inilah yang akan mengakhiri penderitaanku. Aku tidak tahu sudah  berapa lama aku duduk membisu disini dan mengabaikan semua  disekelilingku, yang terpenting bagiku saat ini adalah aku bisa  menemukan sebuah jawaban dari segala masalah ini.
Malam semakin dingin, tak satupun pemahamanku berhasil mengalahkan  problema ini. Dan sampailah pada satu titik dimana aku dapat simpulan  dari fenomena alam tadi, kosong itu berisi, dan berisi itu kosong. Aku  sadari tiada gunanya aku terlalu larut memikirkan masalah karena semakin  dipikirkan masalah itu, maka semakin membuat aku terbelenggu. Semua  yang dijalani dalam hidup ini haruslah seimbang.
Setelah kejadian itu, aku kembali menjalani hari-hariku seperti dulu,  aku yang memiliki kepastian jalan hidup. Hidup untuk kesuksesan dan jauh  dari kata keterpurukan. Hari-hari seperti dulu kembali kujalani  bersamanya dengan canda dan gurau.
“ Hi Faraj kamu ada masalah?“ Ah, enggak ian….aku
“ Cerita saja… enggak usah malu kita kan sahabat, ayo ceritain sini masalahmu?
“ Ya udah, aku gak bisa lagi bohongin hati ini ….
“ Cie..cie.. sama siapa tu?
“ Ah, aku jujur, aku juga suka sama kamu…..
“ Kamu bercanda kan?
“ Aku serius, sebenarnya aku dulu malu bilang ia bahwa sebenarnya aku juga suka sama kamu…….
“ Aku seperti mimpi mendengarnya..............
“ Kamu gak mimpi, kita sudah resmi pacaran ya, hahaha 12-11-10 khan ian?
“ Iah. Sayangku…Cintaku….
“ Mmmmh………
Akhirnya ketulusan menerima cinta dan memahaminya terkabul sudah seiring berjalannya waktu. Cinta untuk SATU
12-11-10
 
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar