Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan diberi bekal akal pikiran. Dengan akal pikiran tersebutlah manusia dapat berfikir/ penalaran. Penalaran adalah proses berfikir yang melahirkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan melalui proses penalaran tersebut “Benar” maka diperlukan suatu cara tertentu.
1. Mendasarkan diri pada Rasio
Penganut rasionalis mengembangkan paham yang dikenal dengan rasionalisme. Disebut rasionalis, karena mempergunakan metode dalam menyusun pengetahuannya. Penjelasan terhadap masalah apapun didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Paham ini dikenal juga dengan paham idealisme.
Berpendapat bahwa fungsi pikiran manusia hanyalah mengenali prinsip tersebut, yang kemudian menjadi pengetahuan. Kemampuan ini sudah ada dan dapat diketahui oleh manusia lewat berpikir rasionalnya.
Yang menjadi masalah dalam pola berfikir ini adalah mengenai kriteria serta pada waktu evaluasi untuk mengetahui kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang itu dapat dipercaya. Artinya, premis-premis yang dipakainya dalam penalaran deduktif bersumber pada penalaran yang rasional yang abstrak dan terbebas dari pengalaman, sehingga pada tahap evaluasi tidak dapat dilakukan
2. Mendasarkan Diri Kepada Pengalaman
Penganut paham yang beranggapan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman, disebut juga kaum empiris. Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu didapatkan bukan dari penalaran/ rasio, melainkan melalui pengalaman kongkret, pengalaman langsung yang didapat oleh individu. Pengalaman dapat dinyatakan melalui pancaindera. Contoh: penglihatan (mata), penciuman (hidung) rasa (kulit) dll. Pengetahuan yang berdasarkan empiris dalam melakukan penyusunannya, cenderung dalam kumpulan fakta-fakta. Dan, kumpulan fakta tersebut belum tentu kompeten, konsisten. Pandangan kaum empiris adalah bahwa dunia fisik adalah dunia nyata karena dunia fisik dapat ditangkap melalui pancaindera.
3. Intuisi dan Wahyu
Intuisi adalah pengetahuan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Karenanya, intuisi hanya bersifat personal dan hanya individu pelakunya yang tahu. Karena bersifat personal maka pengetahuan dari hasil intuisi tidak dapat diandalakan. Namun, intuisi bisa dipakai sebagai hipotesis analisis dalam menentukan benar tidaknya suatu pernyataan.
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan disampaikan melalui nabi-nabi yang diutus. Pengetahuan dalam agama bukan hanya pengetahuan yang terdapat pada kehidupan sekarang, melainkan mencakup masalah-masalah yang transendental.
Pengetahuan ini didasarkan pada pengetahuan mengenai hal-hal yang bersifat ghoib (supernatural). Contohnya: kehidupan manusia sesudah mati/ di akhirat dll. Sumber dari pengetahuan ini adalah kepercayaan kepada Tuhan, kepercayaan yang menjadi titik tolak dalam agama.
Pengetahuan berkaitan erat dengan bagaimana cara penarikan kesimpulan, yang pada akhirnya menghasilkan pernyataan. Terdapat dua cara untuk menarik kesimpulan, yaitu:
1. Logika Induktif
Yaitu, penarikan kesimpulan dari kejadian-kejadian khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran tersebut dilakukan dengan mengungkapkan pernyataan-pernyataan yang memiliki ruang lingkup terbatas dan khas dalam menyusun argumen. Dan pada kesimpulan/ akhirnya dengan pernyataan yang bersifat umum
2. Logika Deduktif
Logika deduktif adalah kebalikan dari logika induktif. Yaitu: penarikan kesimpulan dari kejadian-kejadian umum menjadi kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan dengan deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus, yang disusun dari dua buah pernyataan dan kesimpulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar